Melihat orang yang kau sayangi disiksa dan dibunuh di hadapan mu sangat menyakitkan bukan?
...
Namaku Makoto Aihara, pagi hari itu aku sedang bersantai di hutan di atas bukit bersama pacarku, Akihito Kanbara. Ini hari terakhir kita dapat menghabiskan waktu bersama karena besok aku dan keluarga ku akan pindah ke kota Tokyo untuk urusan bisnis ayah dan kita mungkin tidak akan bertemu dalam waktu yang lama. Kami duduk berbelakangan di atas batu di pinggir sungai.
"Hei Makoto, apa kau ingat begitu banyak kenangan di hutan ini?."
"Tentu saja aku ingat, apalagi ketika kau merobohkan rumah pohon kita lalu aku sangat marah dan tidak mau bicara pada mu selama berminggu-minggu dan kau akhirnya membangun rumah pohon itu lagi sendirian, meski hujan atau panas, kau terus saja membangunnya dan aku hanya bisa menertawakan mu yang begitu polos dari kejauhan hahaha..." ejek ku.
"Kau ini kenapa selalu mengingat kenangan yang buruk?? huh." kesal akihito.
"Itu tidak sepenuhnya buruk, itu lucu kok."
"Lucu apanya hadehh..."
"Eh... ada kupu-kupu cantik banget."
"Kupu-kupu apaan?."
"Itu dibalik pohon yang gede itu."
"Mana sih?."
"Tunggu sini, aku mau kejer kupu-kupunya"
Aku pun langsung berdiri dan berlari kedalam hutan untuk mengejar kupu-kupu itu. Kupu-kupu itu seperti bola api, bercahaya seperti api yang membara, aku belum pernah melihat kupu-kupu seperti itu sebelumnya.
"Makoto! jangan masuk ke hutan sendirian! bahaya!"
Karena khawatir padaku, Akihito pun berdiri dan mengejar ku. Aku terus berlari dan tidak memperhatikan apapun, pandanganku hanya tertuju pada kupu-kupu itu, tapi seketika kupu-kupu itu seperti memudar lalu menghilang. Aku bingung dan berhenti berlari, aku baru sadar Akihito sudah tidak mengerjarku, aku sendirian di dalam hutan yang dipenuhi oleh pohon besar. Apa aku tersesat?, lalu aku melihat sebuah batu, mirip batu nisan tetapi bukan, lalu aku mendekatinya dan menjongkok agar bisa melihat lebih jelas batu itu. Batu itu memiliki ukiran sebuah rumah Jepang kuno dan sebuah tulisan "KAU TERJEBAK DI DESA HILANG INI, HANYA PENGORBANAN YANG DAPAT MEMBEBASKAN, SATU HARUS MATI MAKA SATU LAINNYA SELAMAT", aku tidak mengerti dengan tulisan itu, dan aku melihat bercak merah seperti darah di sekeliling batu itu. Tiba-tiba sebuah penglihatan seperti masa lalu menyeramkan terbayang di penglihatan ku. Aku sangat terkejut dan langsung melompat berdiri, lalu... kepala ku sakit dan semuanya terasa berputar, aku memegangi kepala ku karena terasa sangat nyeri lalu menutup mata.
Aku membuka mataku dan semunya gelap, langit tiba-tiba berubah menjadi malam. Aku hanya bisa melihat cahaya obor yang menyala-nyala dari balik semak yang jaraknya agak jauh. Aku mengikuti arah cahaya obor itu di tengah gelapnya hutan dan sendirian, aku berharap bisa menemukan Akihito atau penduduk sekitar untuk meminta bantuan. Cahaya obor itu menuntunku pada sebuah lahan luas yang di tengahnya terdapat seperti sebuah sumur tua yang sangat besar. Aku mengelilingi sumur itu karena penasaran, dan di sisi lain sumur itu...
"Akihito! akhirnya aku bertemu dengan mu, maafkan aku karena ceroboh berlari kedalam hutan tanpa pikir panjang dan sekarang malah tersesat." dia hanya diam menatap dingin sumur itu dan tidak menjawab ku.
"Akihito, apa kau marah?." lalu ia memutar badan dan menghadap ku, aku bisa melihat matanya yang sempat berkilau merah sebentar.
"Marah? kenapa aku mesti marah?."
"Ya habisnya kamu dari tadi aku ajak ngomong diem mulu, kamu ga kenapa-kenapa kan?"
"Iya aku gapapa, Makoto ku juga gapapa kan?."
"Iya aku gapapa juga, jadi sekarang kita mesti kemana? aku kesesat." lagi lagi dia tidak menjawabku dan berjalan melewatiku.
"The Lost Village... satu mati untuk menyelamatkan yang lainnya." katanya dengan nada tenang namun menakutkan.
"Apa? the lost apa?" sekilas aku teringat pada tulisan yang terukir di atas batu tadi.
"Makoto, dengarkan aku, kau harus pergi dari sini sekarang, di samping sana ada sebuah jembatan, kamu jalan lurus saja dan nanti akan ada sebuah kuil di ujungnya, pergi ke bagian belakang kuil itu dan kamu akan menemukan lubang di tanah yang menuju kebawah tanah dan akan membawa mu kebali ke tepi sungai tadi pagi, percaya lah padaku."
"Kalau begitu ayo kita pergi!."
"Tidak, aku tidak bisa ikut dengan mu, aku masih ada urusan di sini, kau harus pergi duluan, cepat lah Makoto!."
"Tidak! aku tidak akan pergi meninggalkan mu di sini! kita harus selalu bersama apapun yang terjadi!."
"Tidak, kita tidak bersama, Makoto, kumohon kau harus pergi."
"Memangnya kenapa aku harus pergi?."
"Karena kau akan mati jika terus berada di sini."
"Apa? Akihito, kau bercanda kan? ini bukan waktunya bercanda!."
"Aku tidak bercanda! percaya lah padaku!."
"Lalu, jika aku pergi apa kau akan baik-baik saja?."
...
"Iya, aku akan baik-baik saja, kau hanya perlu kembali kerumah dan menunggu ku, aku akan kembali untuk mu, percaya lah..."
"Kau berjanji?."
"Iya aku berjanji."
Aku tahu ada sebuah kebohongan dari perkataannya, tapi aku tahu jika dia berjanji pada ku dia akan menepatinya apapun yang terjadi. Dengan ragu aku pun mulai berlari menuju jembatan seperti yang ia tunjukkan padaku, sekilas aku melihatnya tersenyum pada ku, aku pun membalas senyum nya dan kembali berlari.
"Maafkan aku, Makoto... aku terpaksa berbohong pada mu, ini semua demi kebaikan mu, kau harus tetap hidup."
Ketika aku sampai di jembatan tiba-tiba kupu-kupu api itu muncul lagi, aku berhenti sebentar untuk memperhatikannya, lalu kupu-kupu itu terbang melewati ku dari samping, aku memutar badan untuk melihatnya. Ketika aku berbalik... aku hanya bisa melotot tak percaya. "Akihito!!!."
Leher, kedua tangan dan kedua kaki nya diikat oleh tali, dan di sisi lain tali itu diikatkan pada sebuah kayu yang jika diputar maka akan menarik tali itu sekuat mungkin. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan, aku tak cukup berani untuk menolongnya, namun aku tetap menghampiri nya
"Makoto, salah satu dari kita harus mati dibunuh oleh roh penduduk desa ini agar salah satu dari kita dapat selamat, maafkan aku karena aku takkan menepati janjiku,aku harap kau tetap hidup, Makoto..." katanya dengan senyuman terlukis di wajahnya.
Itu adalah kata terakhir yang ia ucapkan Akihito sebelum tali itu mulai ditarik oleh para roh dan tubuh Akihito pun pecah menjadi banyak bagian, darahnya menyiprat di seluruh tanah, semua organnya berhamburan di tanah, dan kepalanya menggelinding mendekati ku, aku melotot tak percaya melihatnya, nafasku berburu sangat cepat, keringat dingin terus mengalir dari tubuhku. "Tidak, ini tidak mungkin terjadi..."
Aku mengambil kepala itu, senyuman masih terukir jelas di sana, aku memeluknya sambil menangis dan terus meneriakkan namanya. "Kenapa Akihito?! Kenapa?!! kenapa kau berkorban demi aku? lebih baik kita bunuh diri bersama daripada harus kehilangan satu sama lain! kau melanggar janji mu!."
"Kalau begitu, maka aku juga akan melanggar janji ku untuk bertahan hidup..."
Aku membawa kepala itu sambil berjalan kearah sumur tua yang berada di tengah lahan, aku hanya menatap kosong kedalam sumur... aku melompat ke dalamnya, dan bukan air yang ada di dalamnya tetapi duri-duri besar memenuhi sumur itu, mata, kepala, perut dan semua tubuhku tertusuk duri-duri itu.
"Sekarang kita impas, Akihito..."
By; Rizkya
Agak gaje ya :v
2 komentar:
Inspirated by Fatal Frame 2: Crimsons of Butterfly
Nice work btw!!
Thanks sista ^^
Posting Komentar